Fiji Trip (1) Berangkat

Dari Cloncurry kami naik pesawat menuju Brisbane yang membutuhkan waktu sekitar 2,5 jam. Sedikit curhat tentang penerbangan domestik Australia, harganya sering bikin sakit hati (sakit kantong lebih tepatnya). Bayangkan, mosok tiket pesawat ONE WAY Cloncurry-Brisbane (which is masih dalam satu state yaitu Queensland), harganya bisa lebih mahal daripada harga tiket RETURN Brisbane-Fiji. T_T
Kami bisa saja bilang beruntung bisa dapat tiket muraaaah ke Fiji. Tapi pertanyaan selanjutnya, dari mana? Brisbane. Berapa tiket ke Brisbane-nya? Ngikkk… Langsung asma. Yang penting ke Fiji deh ^_______^
Ini bisa dibilang liburan balas dendam sodara-sodara. Karena selama hampir setahun di Australia, kami belum pernah kemana-mana. Iyaaa…katrok  ya. Maka dari itulah beda-beda harga dikit ditelan sajalah 🙂 *Eh, baru-baru ini (akhirnya) ke Townsville ding*

Kami tiba di Brisbane sekitar pukul 9 malam. Sedangkan pesawat yang akan membawa kami ke Fiji masih berangkat pukul 00.10 tengah malam. Artinya kami harus menunggu 3 jam di bandara dan saya senang 🙂 Saya senang berada di bandara. Melihat orang lalu lalang membawa koper, melihat toko yang menjual aneka souvenir, duduk di ruang tunggu sambil melihat pesawat di apron, dan perasaan gembira karena sebentar lagi akan menuju ke suatu tempat yang lain. Naik pesawat! Aih…girang.

Maskapai yang kami naiki adalah Fiji Airways, satu-satunya maskapai penerbangan internasional yang dimiliki oleh Fiji. Tadinya Fiji Airways ini bernama Air Pacific dan baruuu saja pada April ini mereka melakukan penerbangan perdana dengan nama, logo, dan pesawat terbarunya tersebut.

Ini waktu masih bernama Air Pacific

Ini waktu masih bernama Air Pacific

50753f90f0f441e5ae531fef767f2254-fijia330

New brand and new aircraft. Lebih gede dan keren

Berita bagusnya, Brisbane menjadi kota pertama di Australia yang memakai pesawat tersebut sementara kota lainnya menyusul sekitar bulan Juni nanti. Waaww…beruntung banget kami kebagian nganyari pesawat baru ini. Gak anyar banget ding… Mereka terbang perdana dari Brisbane tanggal 25 April, sedangkan kami berangkat tanggal 28 April. Pesawat mereka adalah Airbus 330 yang sudah dilengkapi dengan in-flight entertainment.

Pesawatnya bagus. Gede dan bahan pelapis kursinya, thank God, bukan terbuat dari kulit jadi ga dingin. Sayangnya posisi kami sedikit kurang nyaman. Kami mendapat kursi di deretan tengah yang sebaris berempat, plus nomor dua dari belakang (dekat toilet). Ditambah lagi saat awal-awal keberangkatan sempat menguar aroma muntahan anak kecil. Huek… Untung pramugarinya sigap karena tak lama kemudian tercium aroma wewangian yang segar dan membuat udara jadi enteng lagi untuk dihirup.

Kursinya masih kinyis-kinyis

Kursinya masih kinyis-kinyis

Oh iya, pesawat segede itu full lho. Full banget. Semua kursi terisi.
Heran, orang-orang ini pada main jauh-jauh amat yak. Beberapa diantara mereka adalah pasangan muda yang membawa serta baTItanya–mungkin salah satunya yang muntah tadi. Kebayang gimana repotnya bawa bayi. Tapi kayaknya mereka enjoy aja. Gak ribet bawa tas bayi yang gede kayak yang sering saya lihat di Indo. Disembunyiin dimana ya bawaan bayinya? Penasaran. Terus wajah-wajah mereka juga biasa aja kayak tanpa beban bawa bawaan bayi. Hehe… Padahal mereka ga punya suster atau “mbak”. Duh, mudah-mudahan besok kalau kami punya anak bisa nyantai kayak gitu juga ya. Apa-apa diurus sendiri dan bisa ngajak anak jalan-jalan semenjak kecil. Hihi…aamiin gitu Nak :p

Selama perjalanan ke Fiji, kasian abang. Gara-gara masuk angin, perjalanannya jadi ga nyaman Kata abang perutnya macam diaduk-aduk angin. Dan si abang mah kalau lagi masuk angin ga mempan segala macam obat angin (baik itu tablet masuk angin apalagi yang bentuknya cairan). Obatnya cuma tiduran. Waduh…gimana ya caranya tiduran di pesawat? Mosok pangku? Akhirnya sepanjang perjalanan itu harus menahan diri karena tidak mungkin juga sembarangan menyalurkan peredaran anginnya selama di pesawat.

Sekitar 1 jam kemudian, pramugari membagikan makanan. Abang menolak, begitu juga beberapa orang di sekitar tempat duduk saya. Lagipula siapa yang bernafsu makan dini hari begini? Saya menerimanya karena abang membangunkan saya saat si mbak pramugari menyodorkan senampan makanan. Sebelum saya sadar itu apa, nampan sudah berpindah ke tangan saya dan akhirnya saya taruh di meja lipat. Menunya semacam sandwich. Tapi saya tak tahu daging atau ikan. Saya tertarik melihat salad yang seperti punya hokben (wortel dan kol dalam irisan super tipis plus mayonaise) yang ada di wadah kecil. Saya agak surprise waktu menyuapkan ke mulut saya. Ternyata dingin! Tapi segar. Lumayan membuat mata saya melek lagi. Tapi selain salad saya tak menyentuh apa-apanya lagi.

Setelah kurang lebih 3,5 jam perjalanan udara, alhamdulillah akhirnya sekitar pukul 5.30 pagi kami tiba di Bandara Internasional Nadi (baca: Nan-di). Perbedaan waktu antara di Nadi 2 jam lebih cepat daripada Brisbane, yang berarti 5 jam lebih cepat daripada WIB. Ughhh…bau pantai sudah menusuk-nusuk hidung. Let’s gooo… 😉

Gambar dari sini.